JAKARTA, KOMPAS.com - Daerah pintar atau Smart City tak selalu daerah yang memiliki kekayaan alam potensial, sumber daya yang banyak, dan tempat khas yang menjadi daya tarik pengunjung. Menurut CEO Citiasia Farid Subkhan, daerah pintar adalah tempat yang bisa dikembangkan untuk menjari kawasan yang inovatif dan kreatif.
Oleh karena itu, kata Farid, dibutuhkan kepala daerah yang mampu memanfaatkan potensial yang dimiliki daerahnya dan mengembangkan inovasi berbasis teknologi.
"Daerah pintar tidak hanya secara fisik menarik. Ada daerah kecil, kepala daerahnya inovatif, kreatif, dia bisa datangkan investasi miliaran rupiah," ujar Farid dalam konferensi pers Indonesia Smart Nation Award di Jakarta, Selasa (20/10/2015).
Farid mengatakan, ada beberapa daerah yang memiliki Anggaran Pendapatan Belanja Daerah yang rendah. Namun, kepala daerahnya kreatif sehingga mampu melibatkan masyarakatnya membuat inovasi yang mempu menghasilkan keuntungan besar bagi daerahnya.
Semestinya, kata dia, pengembangan daerah tidak hanya terpaku pada APBD. "Kalau hanya andalkan APBD, kapan bisa maju? Sampai kita mati, anak cucu belum tentu menikmati," kata Farid.
Oleh karena itu, Citiasia bersama Indosat dan Datacomm mengadakan penghargaan bagi daerah yang mampu mengembangkan inovasi dan dapat berkontribusi bagi daerahnya.
Sebanyak 45 daerah dari tingkat provinsi, kabupaten, dan kota masuk ke dalam nominasi ISNA 2015. Adapun sembilan daerah terbaik akan mendapatkan dukungan teknologi dan pendampingan "Smart Region City".
Menurut Farid, untuk mewujudkan daerah pintar, harus dibangun dulu kesiapan daerah dengan membangun dan mengembangkan infrastruktur fisik, digital, dan sosial. Terutama untuk mendukung efektifitas komunikasi.
"Dengan semakin mudahnya masyarakat mengakses layanan yang diberikan oleh pemerintahnya melalui teknologi telekomunikasi, maka 'Smart Region' akan semakin cepat terwujud," kata dia.
Penulis | : Ambaranie Nadia Kemala Movanita |
Editor | : Bayu Galih |