Dinamika bisnis saat ini semakin sulit ditebak. Bersamaan dengan itu, krisis pandemi merebak, membuat ketidakpastian akan masa depan. Organisasi bisnis dengan seluruh elemennya perlu lincah/agile bergerak di tengah kondisi saat ini.
Memang, agile saat ini disebut-sebut sebagai salah satu metodologi kerja terbaik yang paling penting. Sementara itu, marketing adalah salah satu aktivitas bisnis yang harus terus berjalan apapun situasinya.
Kata agile dapat diartikan secara bebas dalam bahasa Indonesia sebagai “cepat dan terkoordinasi dengan baik dalam pergerakan atau tindakannya”, atau dapat juga diterjemahkan sebagai “lincah, gesit, atau responsif”. Jika dikaitkan dengan konteks marketing, yakni menggunakan hasil kampanye pemasaran di target pasar sebagai umpan balik untuk tahap perencanaan dan desain secara iteratif (berulang).
Definisi Agile Marketing menurut Andrea Fryrear adalah pendekatan pemasaran taktis ketika tim pemasaran mengidentifikasi dan memfokuskan usaha kolektifnya pada proyek-proyek bernilai tinggi, menyelesaikannya secara bersama, mengukur dampaknya, kemudian secara berkelanjutan dan bertahap meningkatkan hasilnya seiring berjalannya waktu.
Berikut ini adalah beberapa manfaat implementasi Agile Marketing pada tim pemasaran sebuah brand dilansir marketingcraft.com:
Pertama, implementasi Agile Marketing dapat mengurangi tingkat stres anggota tim pemasaran, karena penerapan strategi ini akan membuat beragam pekerjaan yang harus dilakukan untuk berbagai kampanye pemasaran secara bersamaan dapat lebih terkoordinasi.
Kedua, implementasi Agile Marketing membuat penggunaan sumber daya kampanye pemasaran, baik itu finansial, waktu, maupun sumber daya manusia, lebih efisien dan efektif. Karena, program kampanye pemasaran yang hasilnya terlalu rendah, bisa secara cepat dihentikan atau diperbaiki.
Ketiga, Agile Marketing membuat tim marketing mampu merespon perubahan yang terjadi di target pasar secara cepat. Melalui strategi ini, tim pemasaran dapat melakukan kampanye pemasaran berdasarkan data dan eksperimen, bukan asumsi atau pendapat saja.
Metode ini digunakan oleh sejumlah perusahaan besar contohnya Bank BTPN. Guna mendorong percepatan digitalisasi, Inovasi dengan konsep agile tersebut yang juga mendorong 2,5 juta orang mengunduh aplikasi milik BTPN tersebut hingga kini.
“Awalnya konsep agile ini untuk pengembangan Jenius. Namun kini coba dikembangkan untuk unit lainnya di BTPN. Karyawan lebih terbuka karena dapat hak bicara mengenai isu yang dihadapinya,” ujar Digital Banking Solution Head BTPN, Alfonso Tambunan.
Dengan demikian, metode agile ini memberikan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai pengembangan produk dan meningkatkan kemampuan untuk menerapkan ide-ide baru dalam menghadapi tantangan kedepannya.
Penulis: Sadam Khadafi | Illustrator: Sumanto