Kemiskinan
Smart Seoul & Telkom Framework and Pillars
Smart city merupakan suatu konsep yang mengintegrasikan seluruh elemen dalam suatu kota menggunakan teknologi. Kata “Smart” sendiri memiliki arti un...
Admin 13 April 2022 07:37:52 1269
Smart city merupakan suatu konsep yang mengintegrasikan seluruh elemen dalam suatu kota menggunakan teknologi. Kata “Smart” sendiri memiliki arti untuk membuat seluruh fasilitas dan layanan yang ada di kota dapat digunakan dan dinikmati dengan efisien, cepat, serta meminimalisir waktu dan biaya yang harus dikeluarkan. Saat ini berbagai negara sudah mewujudkan konsep smart city di negaranya dengan bentuk implementasi yang berbeda-beda. Salah satu negara yang sudah menjadi panutan banyak negara dalam penerapan konsep smart city ini adalah Korea Selatan.
Korea Selatan dikenal sebagai IT-friendly country dengan tingkat penetrasi penggunaan smartphone dan internet yang tinggi. Keberhasilan dalam pengembangan smart city di Korea Selatan didukung oleh keunggulannya yang terletak pada teknologi, sumber daya, dan pengalamannya. Teknologi di Korea Selatan sudah tidak diragukan lagi, kecanggihan dan kualitas teknologi Korea Selatan sudah diakui oleh berbagai negara. Keberadaan perusahaan elektronik terkemuka di dunia seperti Samsung dan LG di Korea Selatan tentu berpengaruh besar terhadap perwujudan smart city di Korea Selatan. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam mewujudkan smart city perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dengan perusahaan swasta dalam penyediaan layanan dan fasilitas.
Selain teknologi yang berkualitas, Korea Selatan juga mengakui bahwa penduduknya menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki oleh negaranya. Seperti yang diketahui, keberhasilan smart city tidak terus-menerus terletak pada seberapa canggih teknologi yang dimiliki ataupun seberapa lengkap fasilitas yang ada, tetapi keberhasilan smart city juga bergantung pada penduduk di kota tersebut yang akan menggunakan dan mengoperasikan seluruh layanan yang disediakan. Apabila penduduk setempat belum siap untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini, maka hal tersebut dapat menjadi penghalang dari keberlangsungan smart city.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Pew Research Center, pada tahun 2019 Korea Selatan memiliki tingkat penetrasi penggunaan smartphone tertinggi di antara 27 negara lainnya. 95% penduduk di Korea Selatan sudah menggunakan smartphone. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh penduduk di Korea Selatan sudah “melek” akan digital dan dapat menggunakan layanan yang disediakan dengan optimal. Tingginya tingkat penetrasi penggunaan smartphone di Korea Selatan didukung oleh keberadaan program yang ada di Kota Seoul, yaitu program device donation. Program device donation beroperasi dengan cara mendorong masyarakat setempat untuk menyumbangkan perangkat lamanya saat ingin membeli perangkat yang baru. Perangkat yang disumbangkan akan diperiksa kualitasnya dan selanjutnya didistribusikan secara gratis kepada masyarakat yang kurang mampu. Selain teknologi dan sumber daya yang unggul, Korea Selatan juga memiliki beragam pengalaman dalam melakukan pembangunan perkotaan (urban development). Melalui pengalaman selama lebih dari 20 tahun, Korea Selatan telah mengumpulkan berbagai solusi dan upaya yang tepat untuk melakukan pembangunan perkotaan. Melihat keberhasilan Korea Selatan dalam mewujudkan smart city, apakah Indonesia bisa melakukan hal serupa?
Bila melihat pada keunggulan yang dimiliki oleh Korea Selatan, Indonesia masih memiliki banyak hal yang harus dikejar untuk dapat menyeimbangi hal tersebut baik dari sisi teknologi, sumber daya, hingga pengalaman dalam pembangunan perkotaan. Kemajuan teknologi di Korea Selatan didorong oleh kebijakan dari pemerintah Korea Selatan yang turut memfasilitasi perkembangan IPTEK dan inovasinya. Untuk mengejar ketertinggalan teknologi di Indonesia, Plt. Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI, Dudi Hidayat mengatakan bahwa Indonesia dapat belajar dari kebijakan IPTEK Korea Selatan dalam perumusan dan penetapan kebijakan IPTEK di Indonesia untuk dapat mengoptimalkan perkembangan teknologi di Indonesia dan tentunya perlu dilakukan penyesuaian terhadap nilai sosial, budaya, politik, ekonomi, serta kondisi geografis Indonesia. Selain kebijakan, dana riset teknologi Korea Selatan dapat dikatakan sangat tinggi. Korea Selatan berani mengeluarkan 4,62% dari PDB untuk dana riset teknologi, sedangkan di sisi lain Indonesia hanya mengeluarkan sebesar 0,3% dari PDB untuk dana riset dan teknologi.
Beralih pada sumber daya, seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa tingkat penetrasi penggunaan smartphone Korea Selatan sangat tinggi yaitu hampir seluruh penduduknya sudah menggunakan smartphone. Berdasarkan data dari Newzoo, pada tahun 2020 pengguna smartphone di Indonesia mencapai 61,7% dari total penduduknya. Data tersebut menjelaskan bahwa masih banyak penduduk yang belum menggunakan smartphone dan tidak dapat menggunakan layanan-layanan yang telah diberikan oleh pemerintah. Tidak hanya penduduk yang tidak memiliki smartphone saja, tetapi penduduk yang sudah memiliki smartphone pun tidak menjamin bahwa layanan yang disediakan telah dimanfaatkan dan digunakan dengan optimal. Salah satu bukti nyata dari pernyataan tersebut dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DKI Jakarta pada tahun 2019, yaitu hanya sebanyak 12,88% dari seluruh responden yang mengetahui keberadaan layanan “Jakarta Smart City Portal” dan hanya 11,85% dari seluruh responden yang mengakses dan menggunakan portal tersebut. Melihat kondisi tersebut, pemerintah perlu melakukan sosialisasi dan menyebarluaskan informasi melalui berbagai platform mengenai layanan-layanan yang dapat digunakan masyarakat.
Smart City Framework & Pillars
Ibukota Korea Selatan, Seoul merupakan salah satu dari beberapa kota besar di dunia yang dapat dikatakan sebagai pionir kota cerdas di dunia. Dalam perencanaan kota cerdas, setiap kota memiliki prinsip dan pilar yang berbeda untuk mengembangkan konsep kota cerdas pada kotanya. Berdasarkan ITU-T Technology Watch, terdapat tiga pilar dari Smart Seoul, antara lain ICT Infrastructure, Integrated City-management, dan Smart Users.
Berbicara mengenai pilar smart city, Indonesia memiliki framework smart city yang sangat beragam yang dikembangkan oleh berbagai sektor. Salah satu framework smart city di Indonesia memiliki susunan pilar yang sama dengan Smart Seoul dan framework tersebut dikembangkan oleh Telkom Group dalam inovasi digital Smart City Nusantara. Telkom Group telah menggagaskan Smart City Nusantara sejak 2016 sebagai salah satu inovasi untuk berpartisipasi dalam pengembangan smart city di Indonesia. Ketiga pilar tersebut antara lain ICT Infrastructure, Integrated City Management, dan Smart Users. Pada pilar pertama terdapat ICT Infrastructure yang berfokus pada infrastruktur connectivity, pilar kedua yaitu Integrated City Management yang mencakup berbagai dimensi seperti smart government, smart citizen, smart transportation, smart building, smart security, smart health care, dan smart energy. Pilar ketiga yaitu smart user yang berfokus untuk mengembangkan solusi cerdas.
Terdapat beberapa layanan smart city di Seoul yang dapat ditemukan di Indonesia seperti penyediaan WiFi di tempat umum, Public Data yang dapat diakses oleh masyarakat, Public Apps yang membantu masyarakat dalam pengurusan administrasi, Mobile Payment, penyediaan jaringan Fiber Optic, dan platform yang menyediakan berbagai informasi sehari-hari masyarakat. Layanan-layanan tersebut merupakan perwujudan dari tiga pilar pengembangan smart seoul. Implementasi dari layanan-layanan tersebut tentunya akan berbeda di Indonesia meskipun framework yang dikembangkan memiliki persamaan. Di Kota Seoul, penyediaan jaringan fiber optic tidak hanya disediakan untuk masyarakat saja tetapi terdapat jaringan fiber optic yang dirancang khusus untuk urusan administrasi pemerintah dimana jaringan tersebut hanya menghubungkan kantor-kantor publik saja untuk kepentingan pertukaran data administratif dan penduduk setempat tidak memiliki askes untuk mengakses jaringan tersebut. Di sisi lain, Indonesia masih berfokus untuk memperluas jaringan fiber optic supaya seluruh masyarakat di seluruh daerah dapat mengakses jaringan tersebut.
Layanan berikutnya adalah penyediaan platform yang menyediakan seluruh jenis informasi masyarakat. Seoul memiliki aplikasi Mobile Seoul (m.Seoul) yaitu aplikasi yang menyedikaan 62 jenis layanan unik seperti penyediaan informasi mengenai kantor terdekat, rumah sakit, toilet umum, staisun, daftar property, pencarian lowongan pekerjaan, dan pemberitahuan mengenai acara budaya di Korea Selatan. Aplikasi tersebut juga mengizinkan masyarakat untuk memberikan saran untuk pengembangan kualitas kota, berpartisipasi pada voting yang diadakan oleh pemerintah, dan dapat bertukar informasi melalui jejaring sosial. Indonesia juga memiliki platform yang menyediakan seluruh informasi tersebut, namun seluruh informasi tersebut masih tersebar di berbagai jenis platform. Akan lebih baik apabila Indonesia menyediakan aplikasi seperti Mobile Seoul ini untuk memudahkan masyarakat mendapatkan berbagai jenis informasi serta mengeluarkan pendapat secara mudah dan efisien.
Dari kedua contoh layanan tersebut, dapat dilihat bahwa Korea Selatan dan Indonesia sudah sama-sama mengembangkan dan menyediakan layanan bagi masyarakat yang melibatkan ketiga pilar smart city yang dikembangkannya yaitu ICT Infrastructure, Integrated City Management, dan Smart Users. Namun implementasi smart city di Korea Selatan dapat dikatakan sudah berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Korea Selatan sudah memiliki perbekalan yang matang untuk mengembangkan layanan yang ada saat ini, sedangkan Indonesia masih berupaya untuk memeratakan infrastruktur TIK di seluruh daerahnya. Stakeholder juga memegang peranan penting dalam keberhasilan penerapan smart city dimana kolaborasi antara pemerintah, perusahaan swasta, serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk mensukseskan seluruh program dan layanan yang dikembangkan.