Current Date:

Pahami Taktik Greenwashing, Fake Green Marketing!

Article by Nadine | DM Faktanya taktik pemasaran greenwashing kini kerap terjadi. Sebuah trend iklan yang menjelaskan bahwa suatu produk dikatakan ‘H...

Article by Nadine | DM Faktanya taktik pemasaran greenwashing kini kerap terjadi. Sebuah trend iklan yang menjelaskan bahwa suatu produk dikatakan ‘Hijau’ sebagai simbol ramah lingkungan sangat sering dijumpai. Lalu apakah greenwashing marketing itu sendiri? Greenwashing adalah suatu marketing gimmick yang terjadi ketika suatu brand atau perusahaan lebih berfokus pada promosi kredensial ‘hijau’ atau ‘ramah lingkungan’ pada produk mereka daripada praktek langsung dalam meminimalkan dampak lingkungan dari produk tersebut. Taktik pemasaran ini dapat menarik minat konsumen yang lebih suka membeli barang dan jasa ketika produk tersebut ramah lingkungan. Menurut laporan tahun 2015 oleh Nielsen mengungkapkan bahwa 66% konsumen bersedia membayar lebih untuk produk yang ramah lingkungan. Angka tersebut meningkat hingga 72% yang didominasi kaum millennials. 

source : https://id.pngtree.com/so/kemasan-hijau

Pelaku greenwashing membentuk opini publik dengan cara yang bervariasi, mulai dari mempromosikan merek tersebut berdasarkan teknologi hijau namun sebagian besar produksi bisnis mereka bergantung pada teknologi yang justru mencemari lingkungan. Taktik pemasaran ini sangat berdampak pada lingkungan dan juga sosial. Dalam beberapa kasus, greenwashing yang dilakukan oleh merek bersifat menyesatkan, tidak jujur, tidak etis, dan sangat merusak kepercayaan konsumen. Namun tidak semua kasus memiliki kronologi yang sama. Taktik greenwashing ketika dilakukan dengan benar justru dapat menawarkan ruang bagi suatu brand untuk melakukan praktek nyata dan meningkatkan kredensial ‘hijau’ atau disebut ‘Green Marketing’. Green marketing sadar akan fakta pemasaran dan periklanan dilakukan baik untuk kepentingan bisnis dan lingkungan. Contoh merek The Body Shop telah mempraktikkan green marketing. Mereka sadar akan produk, manufaktur dan supply chain membawa dampak pada lingkungan. Merek The Body Shop memilih untuk membuat pilihan dengan fokus meminimalkan dampaknya. 

source : wikipedia

Beberapa fenomena greenwashing juga terjadi di Indonesia, salah satunya taktik yang dilakukan perusahaan penyedia air minum dalam kemasa (AMDK). Beberapa kasus mengatakan bahwa plastik yang digunakan terbuat dari tanaman yang dapat didaur ulang. Namun faktanya, tidak semua plastik yang digunakan dapat didaur ulang. Pernyataan yang diberikan sangat kontradiktif dengan dampak yang mereka berikan kepada lingkungan. Salah satu alasan mengapa hal ini terjadi ialah kurangnya regulasi yang belum membahas batas-batas penggunaan klaim lingkungan dalam periklanan. Dengan memperkuat regulasi tersebut, kemungkinan kerusakan lingkungan akibat taktik pemasaran greenwashing dapat dicegah.  Regulasi pemerintah saja juga tidak cukup jika tidak ada kesadaran dari masyarakat sebagai konsumen untuk menghilangkan fenomena greenwashing. Oleh karena itu, perlu dibentuk kesadaran tentang fenomena greenwashing dari sisi konsumen. Dalam mewujudkan hal tersebut perlu diperhatikan langkah langkah berikut ini: 
  1.     Membangun kesadaran untuk selektif dan teliti dalam membeli suatu produk. 
  2.     Jangan mudah percaya dengan tampilan kemasan yang terkesan ramah lingkungan, riset sebelum membeli. 
  3.     Mengetahui proses produksi, bahan dasar dan manufaktur produk. Seringkali kasus ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dari konsumen tentang produk yang digunakan. 
Bentuk manipulasi dari tindakan pemasaran greenwashing telah memberikan sejumlah dampak negatif untuk lingkungan dan sosial. Munculnya rasa ketidakpercayaan, kebingungan dan skeptisisme terhadap suatu produk juga menjadi dampak sosial dari berbagai jenis praktik greenwashing ini. Dengan demikian, kesadaran produsen dan konsumen akan taktik pemasaran greenwashing perlu ditingkatkan.